Sabtu, 31 Desember 2011

Pendidikan Lingkungan Hidup



MANFAAT PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI MASYARAKAT SEKOLAH
M.RUSLI,M.Pd
(Bagian I)

Fenomena pendidikan di Indonesia cukup memprihatinkan seperti peristiwa tawuran pelajar, kriminalitas para pelajar, permasalahan para pendidik dan permasalahan lingkungan lembaga pendidikan. Semua itu tak terlepas dari rendahnya interaksi social masyarakat pendidikan yang berwawasan lingkungan.
 Sekjen Kemdiknas Prof Dr Dodi Nandika menyatakan sekolah bukanlah untuk sekolah, melainkan untuk kehidupan. “Titik tolak dan tujuan pendidikan bukan pengetahuan, melainkan kehidupan. Artinya, kita harus mengajarkan hidup yang baik, peradaban yang baik, bukan sebatas pengetahuan, dan untuk mencapai tujuan itu maka perlu didorong kegiatan belajar yang berwawasan lingkungan.
Namun telah menjadi salah tafsir diantara kita bahwa perilaku berwawasan lingkungan selalu diartikan menanam pepohonan dan mengurangi pencemaran, padahal itu adalah dampak positif dari proses yang berwawasan lingkungan. Pendidikan berwawasan lingkungan akan berjalan dengan baik jika pendidikan lingkungan hidup disekolah diterapkan dalam system pendidikan.
Apakah yang dimaksud dengan pendidikan lingkungan hidup??.  Bila ditinjau dari sudut keilmuwan maka pendidikan lingkungan hidup masuk dalam katagori ilmu pengetahuan sosial, sedangkan lingkungan hidup itu sendiri (tanpa pendidikan) masuk dalam lingkungan ilmu pengetahuan alam. Agar lebih menarik penulis akan merinci arti dari kata pendidikan lingkungan hidup.
A.     Definisi Pendidikan
Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam,  bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori itu sendiri.
Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, seyogyanya pendidikan dapat dirumuskan secara jelas dan mudah  dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan. Untuk mengatahui  definisi pendidikan  dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan definisi di atas, saya menemukan 3 (tiga) pokok pikiran  utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat ketiga pokok pikiran tersebut.
Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana menunjukkan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang disengaja dan dipikirkan secara matang (proses kerja intelektual).  Oleh karena itu, di setiap level manapun,  kegiatan pendidikan harus  disadari dan direncanakan, baik dalam tataran  nasional (makroskopik),  regional/provinsi dan kabupaten kota (messoskopik), institusional/sekolah (mikroskopik) maupun  operasional (proses pembelajaran  oleh guru).
Berkenaan dengan pembelajaran (pendidikan dalam arti terbatas),  pada dasarnya setiap kegiatan  pembelajaran pun harus direncanakan terlebih dahulu sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas RI  No. 41 Tahun 2007.  Menurut Permediknas ini bahwa  perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk membina masyarakat yang berahlak dan berbudi baik bagi manusia dan lingkungan sekitarnya dengan mengembangkan potensi diri  guna membangun masyarakat  yang harmonis dan sejahtera baik masa sekarang maupun akan datang.
B.  Definisi Pendidikan Lingkungan Hidup.
Untuk lebih memperjelas definisi pendidikan lingkungan hidup, penulis memaparkan Sejarah Pendidikan Lingkungan Hidup.
1. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Tingkat Internasional
Pada tahun 1975, sebuah lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan hidup diadakan di Beograd, Jugoslavia. Pada pertemuan tersebut dihasilkan pernyataan antar negara peserta mengenai pendidikan lingkungan hidup yang dikenal sebagai “The Belgrade Charter – a Global Framework for Environmental Education”.
Secara ringkas tujuan pendidikan lingkungan hidup yang dirumuskan dalam Belgrade Charter tersebut di atas adalah sbb:
1.    Meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap keterkaitan bidang ekonomi, sosial, politik serta ekologi, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
2.    Memberi kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen, yang diperlukan untuk bekerja secara individu dan kolektif untuk menyelesaikan masalah lingkungan saat ini dan mencegah munculnya masalah baru.
3.    Menciptakan satu kesatuan pola tingkah laku baru bagi individu, kelompok-kelompok dan masyarakat terhadap lingkungan hidup.
2. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di tingkat ASEAN
Program pengembangan pendidikan lingkungan bukan merupakan hal yang baru di lingkup ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN telah mengembangkan program dan kegiatannya sejak konferensi internasional pendidikan lingkungan hidup pertama di Belgrade tahun 1975. Sejak dikeluarkannya ASEAN Environmental Education Action Plan 2000-2005, masing-masing negara anggota ASEAN perlu memiliki kerangka kerja untuk pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan. Indonesia sebagai negara anggota ASEAN turut aktif dalam merancang dan melaksanakan ASEAN Environmental Education Action Plan 2000-2005. Pada intinya ASEAN Environmental Education Action Plan 2000 – 2005 ini merupakan tonggak sejarah yang penting dalam upaya kerja sama regional antar sesama negara anggota ASEAN dalam turut meningkatkan pelaksanaan pendidikan lingkungan di masing-masing negara anggota ASEAN.
3. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia
Di Indonesia perkembangan penyelenggaraan pendidikan lingkungan dimulai pada tahun 1975 dimana IKIP Jakarta untuk pertama kalinya merintis pengembangan pendidikan lingkungan dengan menyusun Garis-garis Besar Program Pengajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta pada periode tahun 1977/1978.
Pada tahun 1979 dibentuk dan berkembang Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Bersamaan dengan itu pula mulai dikembangkannya pendidikan AMDAL oleh semua PSL di bawah koordinasi Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg-PPLH). Saat ini jumlah PSL yang menjadi anggota BKPSL telah berkembang menjadi 87 PSL, di samping itu berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mulai mengembangkan dan membentuk program khusus pendidikan lingkungan, misalnya di Jurusan Kehutanan IPB.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP dan SMA termasuk Sekolah Kejuruan.
Prakarsa pengembangan pendidikan lingkungan juga dilakukan oleh berbagai LSM. Pada tahun 1996/1997 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2001 tercatat 76 anggota JPL yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.
 Usaha pengembangan pendidikan LH ini tidak bisa dilepaskan dari hasil Konferensi Stockholm pada tahun 1972 yang antara lain menghasilkan rekomendasi dan deklarasi antara lain tentang pentingnya kegiatan pendidikan untuk menciptakan kesadaran masyarakat dalam melestarikan lingkungan hidup. Salah satu kegiatan yang mempelopori pengembangan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia dilakukan oleh IKIP Jakarta pada tahun yaitu dengan menyusun Garis-garis Besar Pendidikan dan Pengajaran (GBPP) bidang lingkungan hidup untuk pendidikan dasar. Pada tahun 1977/1978, GBPP tersebut kemudian diujicobakan pada 15 SD di Jakarta. Selain itu penyusunan GBPP untuk pendidikan dasar, beberapa perguruan tinggi juga mulai mengembangkan Pusat Studi Lingkungan (PSL) yang salah satu aktivitas utamanya adalah melaksanakan kursus-kursus mengenai analisis dampak lingkungan (AMDAL). Program studi lingkungan dan konservasi sumberdaya alam di beberapa perguruan tinggi juga mulai dikembangkan.
Pada dasarnya kehidupan ini selaras seimbang antara segala sesuatu yang ada didalamnya, yaitu makhluk hidup, ada manusia, hewan dan tumbuhan, dan semua benda mati yang dapat dimanfaatkan dan mempunyai peran dalam kehidupan ini. Yang membuat lingkungan rusak dan tidak tertata lagi selain sang pencipta adalah masalah siapa yang menduduki dan menjadi pemimpin di atasnya yakni manusia.
Kalau lingkungan mau stabil berarti manusia harus bisa menata kembali tatanannya dengan cara mendidik manusia-manusianya agar dapat mengelola lingkungannya. Lingkungan dan Kependudukan bisa selaras apabila satu sama lain bisa seimbang. Dalam penerapan yang ada, pelaku utamanya adalah manusia selaku penduduk, yang di fokuskan kepada pengelolaan lingkungan melalui pendekatan pendidikan lingkungan mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi dan kepada masyarakat.
Lingkungan akan menjadi bumerang bila kita tidak bisa mengelolanya dengan baik, akan mengancam keselamatan kita.

Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup : …
PLH adalah program pendidikan untuk membina anak didik agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab terhadap alam dan terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan.(Mustofa).
Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup :
PLH adalah agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan dan lingkungan hidup. PLH bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan mata pelajaran yang di integrasikan keberbagai mata pelajaran dalam kurikulum.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan pelaksanaan PLH dalam program sekolah melalui pendekatan terpadu.
Agar ini berhasil maka perlu memperhatikan factor-faktor sebagai berikut:
1.    Perpaduan harus dilakukan secara tepat agar pengetahuan mata pelajaran yang dijadikan perpaduan tidak mengalami perubahan susunan.
2.    Susunan pengetahuan yang jadi perpaduan berdasarkan kurikulum yang ada pada system persekolahan yang sedang berlaku.
3.    Mata pelajaran induk yang dipilih sebagai wadah perpaduan memiliki daya serap yang cukup. Adapun mata pelajaran yang utama sebagai wadah perpaduan adalah Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PENJAS dan Pendidikan Kewarga Negaraan.
Dalam lingkungan tidak lepas dari dua komponen biotik dan abiotik. Biotik didalamnya terdapat mahluk hidup termasuk manusia, abiotik yaitu benda mati batu, tanah, matahari, anggin, air dan sebagainya. Tetapi yang paling besar peranannya adalah manusia.
Manusia pada dasarnya sebagai mahluk individu yang hidupnya ingin sendiri tetapi manusia juga tidak lepas dari orang lain dan lingkungan sekitar karena itu manusia disebut juga makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri ia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Karena secara naluriah manusia selalu ingin berkumpul dengan orang lain sebab memiliki akal yang sempurna. Segala hal yang melibatkan dua orang atau lebih, melibatkan orang lain berarti sosial.
a. Individu dan Masyarakat
Manusia adalah salah satu makhluk yang ada di dunia, tetapi manusia lebih sempurna dengan makhluk lainnya yang ada di dunia. Karena adanya akal dan perbuatannyapun diatur oleh akal hanya sebagian kecil diatur oleh naluri. Dengan akalnya itu manusia mempunyai pengetahuan dan terus mengembangkan sehingga tercipta sesuatu hal yang baru dan lebih bermanfaat. Namun potensial itu hanya mungkin menjadi kenyataan apabila individu yang berpotensial bersangkutan saling berinteraksi dan hidup dalam suatu masyarakat saling timbal balik dan saling melengkapi.
b. Kelompok Sosial
Kecenderungan manusia untuk berkumpul/berkelompok timbul dari kesadaran manusia akan keinginan hidup saling memerlukan. Pergaulan antar sesama manusia adalah kebutuhan dan dari pengalamannya itu manusia harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan itu semua tidak bisa dilakukan sendiri yakni harus ada timbal balik dari sesamanya dilingkungan sosial tersebut, maka itu terjadilah interaksi sosial.
c. Hubungan Makhluk dengan Lingkungan
Lingkungan terdiri komponen biotik dan abiotik. Biotik terdiri dari manusia, hewan dan tumbuhan. Abiotik terdiri dari benda-benda tak bernyawa yang ada disekitar kita. Antara makhluk yang satu dengan yang lainnya saling ketergantungan dan saling melengkapi, seperti manusia membutuhkan hewan dan tumbuhan untuk keperluan pangan, butuh air untuk minum dan lainnya. Hewan dan tumbuhan membutuhkan air untuk bertahan hidup, butuh matahari dan sebagainya.
d. Penduduk dan Sumber Daya Alam (SDA)
Manusia hidup bersama unsur lingkungan yang lainnya yakni sumber daya alam (SDA). SDA adalah segala sesuatu yang ada di alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Jumlah penduduk makin meningkat berarti kebutuhannya juga meningkat. Dengan berbagai cara manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk memenuhi kebutuhan tetapi hasil dari pengetahuan dan IPTEK ada yang menguntungkan ada juga yang tidak.Menurut sifatnya SDA ada yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui, oleh sebab itu kita harus waspada atas kelestarian SDA. Agar SDA tetap lestari keberadaannya dibutuhkan pemeliharaan lingkungan dan tidak mudah tentunya, maka harus ada kesadaran seluruh warga dalam melestarikan lingkungan dan disini diperlukan pendidikan agar tiap individu bisa melakukannya.
Masalah Lingkungan dan Kependudukan
Masalah lingkungan hidup adalah suatu persoalan yang dihadapi semua bangsa di dunia baik bangsa yang maju dan berkembang. Menurut Emil Salim (1986), sudah sejak lama masyarakat Indonesia hidup akrab dengan lingkungan alam juga memiliki semangat kekeluargaan yang besar dalam lingkungan sosial, dengan kata lain masyarakat Indonesia telah menerapkan pola hidup yang serasi dengan lingkungan hidup.
Jumlah penduduk mempengaruhi keseimbangan lingkungan, penyediaan sumber kekayaan lingkungan juga jadi tujuan sebagai bahan pemenuhan kebutuhan hidup. Penggunaan tekhnologi dan ilmu pengetahuan yang tidak tepat dapat mengganggu keseimbangan lingkungan, peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan IPTEK akan diikuti oleh pemakaian lahan.
Tekhnologi dan lingkungan :
Ilmu dan tekhnologi memberi peluang kepada manusia untuk merubah lingkungan. Perubahan yang terjadi bisa secara cepat atau lambat. Manusia menggunakan tekhnologi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi perlu diingat bahwa pada hakikatnya tekhnologi selain dapat membawa kesejahteraan dapat pula membawa bencana.
Pemakaian ilmu dan teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup manusia memberikan efek samping tersendiri. Adanya pabrik dan berbagai industri akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan. Dengan kata lain tekhnologi sangat bermanfaat bagi manusia, disamping itu juga tekhnologi mempunyai dampak buruk.
Peran Pendidikan Lingkungan Hidup :
Proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan pendekatan lingkungan alam sekitar (PLAS). Dasar filosofis mengajar dengan mengimpelementasikan pendekatan lingkungan alam sekitar adalah dari Rousseau dan Pestalozzi.
Jean Jacques Rousseau (1712-1788), mengatakan bahwa kesehatan dan aktifitas fisik adalah faktor utama dalam pendidikan anak-anak. Rousseau percaya bahwa “anak harus belajar langsung dari pengalaman sendiri, dari pada harus mendengarkan dari penjelasan buku”. Disini lingkungan sangat berperan penting dalam proses pembelajaran.
Johann Heinrich Pestalozzi (1716-1827), seorang pendidik berkebangsaan Swiss, dengan konsef “Home School”nya, menjadikan lingkungan alam sekitar sebagai objek nyata untuk memberikan pengalaman pertama bagi anak-anak. Pestalozzi juga mengajarkan ilmu bumi dan alam sekitar kepada anak didiknya dengan fasilitas yang ada dilingkungan sekitarnya dan menanamkan rasa tanggung jawab pada diri anak akan dirinya sendiri juga lingkungan agar tetap seimbang.
Tanpa adanya campur tangan manusia, lingkungan hidup belum tentu dapat terawat. Maka dari itu, penduduk mesti berperan aktif dalam upaya menyelamatkan lingkungan.
Dalam rangka berperan aktif dalam menyelamatkan lingkungan di antaranya adalah:
1.    Peran sebagai pengelola, bukan penghancur lingkungan.
Saat ini, banyak sekali penduduk yang perannya tidak sesuai dengan kenyataan. Yang mestinya menjadi pengelola, malah yang menjadi pengrusaknya. Pohon ditebang, lahan dieksporitasi dan udara dibuat mengandung penyakit.
2.    Peran sebagai penjaga, bukan perusak lingkungan.
Kalau dalam diri penduduk sudah sadar akan pentingnya lingkungan hidup untuk kehidupannya. Maka, mereka akan menjadi penjaga, bukan menjadi perusak demi kepentingan pribadinya.
Sebab itulah pendidikan lingkungan di butuhkan dan harus diberikan kepada anak sejak dini agar mereka mengerti dan kelak tidak merusak lingkungan.
Pendidikan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kependudukan, diantaranya:
1.    Aspek Kognitif Pendidikan lingkungan mempunyai fungsi terhadap kognitif yakni untuk meningkatkan pemahaman terhadap permasalahan lingkungan kependudukan, selain itu meningkatkan daya ingat, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi terhadap kondisi yang terjadi dalam lingkungan sekitarnya.
2.    Aspek Afektif  Sementara itu, Pendidikan lingkungan berfungsi juga dalam aspek afektif, yakni dapat meningkatkan penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan karakteristik kepribadian dalam menata kehidupan dalam keselarasan dengan alam. Sehingga, adanya penataan teradap kependudukan dilingkungan hidupnya.
3.    Aspek Psikomotor Dalam aspek psikomotor, fungsi Pendidikan Lingkungan cukup berperan dalam peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan dalam tentang lingkungan yang ada disekitar kita, dalam upaya meningkatkan hasanah kebudayaan misalnya.
4.    Aspek Minat Dalam aspek terakhir ini juga, fungsi dari pendidikan lingkungan terhadap kependudukan, yang dalam hal ini adalah penduduknya meningkat dalam minat yang tumbuh dalam dirinya. Minat tersebut, digunakan untuk meningkatkan usaha dalam menumbuhkan kesuksesan kependudukan yang ada.
Ilustrasi Pendidikan Lingkungan Hidup Masyarakat

  1. 1.     Interaksi antar manusia   Setiap manusia tentu membutuhkan sesama, interaksi antar manusia akan terjalin baik jika manusia menggunakan  budaya ( etika/pengetahuan/ ketrampilan)  yang sesuai bagi pihak yang berinteraksi. Ingat  Allah SWT menciptakan manusia tak akan pernah ada yang persis sama, oleh karena itu jika kita ingin berinteraksi kepada orang lain, pelajari karakter orang tersebut  lebih dahulu serta harus mengerti situasi dalam pertemuan nanti lalu pilihlah budaya yang sesuai, InsyaAllah pertemuan itu akan berlangsung baik. Budaya adalah kreasi manusia yang diberikan Allah SWT, padahal dalam kitab suci agama apapun telah ada anjuran dan contoh keteladanan bagi manusia. Ruang lingkup budaya antara lain  etika, norma-norma masyarakat, peraturan, tata tertib, pengetahuan, ketrampilan, status sosial.  Jika kita ingin bertemu dengan dokter maka yang perlu kita harus diketahui apakah dokter tersebut punya pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan keinginan kita dan tentunya kita sendiri menyiapkan segala keluhan penyakit dengan bahasa yang jelas sopan dan mudah dimengerti. Begitupun jika kita bertemu dengan pimpinan atau orang tua ada budaya yang sesuai bagi mereka tentu tidak sama dengan budaya yang digunakan kepada teman senasib kita. Setiap manusia mempunyai budaya yang selalu berubah tergantung suasana lingkungan dan kesehatan. kunci utama dalam keberhasilan ber interaksi sosial di masyarakat adalah menggunakan etika dan norma-norma yang saat itu berlaku dilingkungan tersebut. suatu contoh saat kita bertemu dengan atasan kita diluar dari kegiatan formal maka budaya yang kita pilih adalah menempatkan dirinya sebagai orangtua kita tanpa memberikan suatu persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan kecuali atasan bertanya. dan jika pertemuan tersebut dilingkungan kerja tentu kita menggunakan etika hirarki lembaga dengan menempatkan beliau sebagai pembimbing dan kesalahan terbesar dari bawahan adalah memberikan permasalahan tanpa memberikan pilihan solusinya. padahal tupoksi bawahan adalah sebagai problem solvers bukan problem maker.
  2. 2.    Interaksi Manusia dengan Alam.  Alam merupakan habitat manusia, disinilah segala kebutuhan dasar tersedia seperti oksigen, air, makanan dan lainnya. Terjalin interaksi positif antara manusia dan alam disebut ekosistem.  Ekosistem akan baik selama manusia lebih mengutamakan kebutuhan hidupnya dari alam namun karena ketamakan, kelobakan kerakusan maka ekosistempun akan rusak. Alam mampu menyediakan kebutuhan hidup seramai apapun manusia namun alam tak kan pernah mampu menyediakan keinginan manusia walau dari seseorang. Alam itu fana, terbatas dan mudah habis kekayaannya dan tak pernah kembali. Awal kerusakan sumberdaya alam Nampak terlihat dengan mudah seperti deret ukur : kotoràtercemaràbau busukàbibit penyakità tanah tak suburàtanaman matiàoksigen kurangàbanyak gas beracunàtanah labil/gundulàlongsoràbanjir bahàhujan asamàlingkungan hidup mati.
  3. 3.    Interaksi manusia dengan budaya lebih baik . Jika kita ingin mengusai matematika tentu perlu budaya belajar matematika ditingkatkan. Jika ingin jadi dokter tentu harus berbudaya rajin belajar. Jika ingin kaya harus berbudaya menabung

  4. Kunci utama dari pendidikan lingkungan hidup adalah kita harus pandai memilih dan menguasai budaya yang sesuai dengan masyarakat atau alam sekitarnya, agar berguna dalam berpartisipasi meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitarnya


PLH yang telah diterima secara Luas adalah yang telah yang dirumuskan oleh IUCN (1970), yakni:

" Environmental education is the process of recognising
values and clatifiying concept in order to develop ski s and
attitudes necessary to understand and a reciate the
inte elatedness among man, his culture and his biophysical
su ounding. Environmental Education also entails practice in
decision making and self formulation of a code of behaviour
about issues concerning environmental quality" .
Pendidikan lingkungan adalah proses mengenali nilai, dan konsep clatifiying dalam rangka untuk mengembangkan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menghargai keterkaitan
antara manusia, budaya dan biofisik sekitarnya. Pendidikan lingkungan juga mencakup praktek dalam pengambilan keputusan dan perumusan diri kode perilaku tentang isu-isu mengenai kualitas lingkungan.
Fokus utama dari PLH adalah proses mengenal nilai penting dari keterkaitan antar manusia, dan manusia dengan lingkungan. Proses nilai penting tersebut adalah budaya, ruang lingkup budaya itu adalah norma-norma, etika, aturan / peraturan, pengetahuan dan ketrampilan.
Jika seseorang akan berinteraksi dg sesama tentu memerlukan budaya tertentu yang sesuai dan cocok bagi orang yang akan ditemui, ingat bahwa setiap individu manusia dari 6 milyar penduduk dunia tak ada yang sama, sehingga jika kita ingin bertemu seseorang maka harus betul-betul kita ketahui. dan budaya dari seorang manusia akan berbeda tergantung dia sehat atau sakit, dia muda atau telah tua, dia marah atau senang dan lain-lain. begitupun seorang manusia berinteraksi dengan alam harus menggunakan budaya, jika tidak maka kita akan mati diatas kekayaan alam indonesia yang kaya raya ini.
dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan lingkungan hidup adalah menjaga dan meningkatkan kualitas ekosistem manusia di jagat raya ini berupa aman sentosa dan lingkungan alam yang sehat selalu bebas penyakit. Pengetahuan Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan cabang dari IPS. berbeda dengan Pelajaran Lingkungan Hidup yang masuk katagori IPA.
Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup di Lingkungan Sekolah
Penyelenggara pendidikan antara lain Guru, Tenaga Administrasi adalah model yang menjadi contoh keteladanan bagi siswa, karena siswa adalah pengguna jasa atau custumers. Pada saat kegiatan belajar mengajar guru dianggap simbol manusia yang sangat baik, cerdik dan pandai memilih budaya yang baik bagi para siswanya. peribahasa menyatakan guru kencing berdiri murid kencing berlari. selain penyelenggara pendidikan juga lingkungan sekolah berdesain alami dimana membuat suatu lingkungan buatan yang berdasar pada lingkungan hidup alam sekitarnya. sistem pengelolaan limbah padat dan cair tersedia dengan baik, pepohonan dan tanaman tertata dengan indahnya. Penghematan energi diterapkan dengan memamfaatkan sinar Matahari sebagai penerangan, pemamfaatan biogas sebagai bahan uji cobaenergi alternatif  untuk pembelajaran bagi siswa, membiasakan reusing dan recycling bahan kerja seperti pemamfaatan kertas daur ulang.

Perpustakaan
1.    Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada
2.    Nugroho, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. 2008. Penerbit: Jilsi Foundation.
3.    Sadiman, Arief. dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. 2009. Jakarta. Penerbit: RajaGrafindo Persada
4.    Zain, Dr. Emma & Sati, Djaka Dt. Ilmu Mendidik (Metode Pendidikan). 1997. Jakarta. Penerbit: Mutiara Sumber Widyaelo
5.    Rusli,Manusia dan Lingkungannya. (makalah) 2008.Makassar.UNM




1 komentar:

  1. Bagus Banget tulisan mu Rus...inspiratif! Terus menulis... jangan berhenti, teruslah berkarya... Ternate butuh Guru yang kreatif sepertimu..

    BalasHapus